Depok Endemi Kaki GajahSenin, 21 November 2005 04:35 WIB
TEMPO Interaktif, Depok: Sebanyak 11 warga Kelurahan Tapos, Cimanggis, Depok, positif mengidap penyakit kaki gajah (filariasis). Hal itu diketahui dari sekitar 505 warga yang diambil contoh darahnya pada 24 Oktober lalu. "Setelah dites laboratorium, ternyata mereka positif mengandung mikrofilaria (cacing penyebab penyakit kaki gajah)," kata Ani Rubiani, Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit, dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Depok, kemarin. Menurut Ani, warga yang diteliti berada di 5 RT wilayah Kelurahan Tapos. Daerah ini dinyatakan endemis, karena dari 505 orang yang diambil sampel darahnya, lebih dari satu persen positif terkena kaki gajah. Adapun media perantara timbulnya mikrofilaria melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. "Jika penderitanya lebih dari satu persen dari jumlah sampel, bisa dikategorikan endemis," ujarnya. Berdasarkan data kantor Dinas Kesehatan Depok, selain Kelurahan Tapos, penyakit kaki gajah pernah menyerang warga Kelurahan Duren Seribu, Kelurahan Krukut, dan Kelurahan Grogol. "Kasus di tiga wilayah itu sudah kami tangani," katanya.Agar penyakit ini tidak terus menjalar, menurut Ani, harus ditangkal secara massal. Misalnya, pemberian obat dengan cara diminum atau disuntikkan kepada penderita. "Nama obatnya Dietil Carbamazine Citrate. Pemerintah sudah menyediakan," tuturnya sambil menambahkan, meski tidak ada korban jiwa karena penyakit ini, pengobatan dilakukan setiap tahun. Dari pantauan Tempo, kondisi lingkungan warga yang terserang kaki gajah tampak kurang terjamin unsur kesehatannya. Selain lembab oleh rimbunnya tumbuh-tumbuhan, sanitasi air tidak lancar. Kendati permukimannya tidak padat, warga kurang menjaga kebersihan dan terkesan kumuh. Manih, salah satu korban, mengaku menderita kaki gajah sejak tiga tahun lalu. Tangan kiri dari siku sampai ujung jari kakek berusia 50 tahun, warga Kampung Kebayunan RT 2/19, itu tampak bengkak. "Awalnya gatal dan panas," katanya.Gejala berikutnya, Manih menjelaskan, badannya demam dan pada lengannya timbul bercak merah dan kesemutan. "Kalau kambuh, saya sering demam dan sesak napas. Saya sudah berobat ke mana-mana, tapi tak sembuh-sembuh," ujarnya. Yang pernah didatangi Manih, selain Rumah Sakit Simpangan, Depok, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, berikut sejumlah dokter di wilayah Depok serta beberapa paranormal. Surtina, 54 tahun, mengalami penderitaan yang sama. Kader Posyandu Anyelir ini terserang filariasis pada kaki kiri mulai lutut hingga ujung jari. Tukang pijat yang pernah memperoleh penghargaan akupunktur ini mengaku lebih dari 10 tahun kakinya digerogoti penyakit. Saat kumat, selain demam, pada kakinya keluar bintik-bintik merah. "Saya kadang seperti orang kesurupan, badan menggigil," ujarnya sambil mengelus kakinya yang bengkak. "Ini adalah ujian dari Allah, mau gimana lagi," ujarnya. Rini Kustiani-Tempo
...
Pengertian
Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan apabila penderita tidak segera memperoleh pengobatan dapat mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika, Amerika tengah dan selatan, dengan 120 juta manusia terjangkit (Wikipedia).
Filariasis di Indonesia telah dikenal sejak lama. Menurut beberapa laporan hingga saat ini hanya diketahui tiga spesies filaria sebagai penyebabnya. Mereka adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Dampak psikososial filrariasis lebih dirasakan oleh penderita. Sebab penderita filariasis sangat mungkin akan menyandang cacat selama hayatnya. Penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya sangat tergantung kepada orang lain.
Di Indonesia penyakit kaki gajah tersebar luas hampir di seluruh propinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten 26 propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survai laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas.
Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor penular penyakit kaki gajah. Gejala klinis Filariasis akut adalah berupa demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat, pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit, radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis), filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah, pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejala klinis yang kronis: berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
DiagnosisDiagnosis filariasis dapat ditegakkan secara Klinis yaitu bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan gejala akut ataupun kronis, dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat, seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan mikrofilaria.
Pencegahan
Menghilangkan sumber infeksi. Mengobati semua penderita, baik individual maupun secara massal di daerah-daerah endemik, dalam hal ini Kota Depok. Tetapi, untuk filariasis malayi sedikit lebih sulit, sebab di samping manusia sebagai sumber infeksi, juga binatang-binatang peliharaan seperti anjing, kucing, kera merupakan sumber infeksi.
Menghindari gigitan nyamuk. Menghindari kontak dengan vektor. Dapat dilakukan usaha-usaha, misalnya tidur memakai kelambu, memasang kawat kasa pada lubang angin atau jendela rumah dan memakai obat pengusir nyamuk.
Memberantas vektor. Membunuh nyamuk-nyamuk, baik bentuk dewasa maupun larvanya dengan pestisida. Memusnahkan tempat-tempat perindukan nyamuk dengan meningkatkan kebersihan lingkungan. Misalnya membersihkan got-got dan tumbuh-tumbuhan air dan kegiatan PSN: Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Pengobatan :Pengobatan secara massal dilakukan di daeah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) yang dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5 - 10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan Parasetamol, dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/berat badan, Albenzol 400 mg albenzol (1 tablet ) ; pengobatan missal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai <>Daniel. Filariasis Limfatik di Indonesia. RACIKAN UTAMA - Edisi Maret 2006 (Vol.5 No.8), Seperti tercetak di Majalah Farmacia Edisi Maret 2006. Senin, 28 April 2008/18.20 wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Filariasis. Kategori: Penyakit. Senin, 28 April 2008 /18.34 wib.
Lasbudi P. Ambarita. PERAN SERTA MASYARAKAT (PSM) DALAM PENEMUAN KASUS FILARIASIS DI DESA ENDEMIS DI PUSKESMAS BETUNG KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2005. Diperoleh dari internet, Senin, 28 April 2008/19.00 wib.
TEMPO Interaktif, Depok: Sebanyak 11 warga Kelurahan Tapos, Cimanggis, Depok, positif mengidap penyakit kaki gajah (filariasis). Hal itu diketahui dari sekitar 505 warga yang diambil contoh darahnya pada 24 Oktober lalu. "Setelah dites laboratorium, ternyata mereka positif mengandung mikrofilaria (cacing penyebab penyakit kaki gajah)," kata Ani Rubiani, Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit, dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Depok, kemarin. Menurut Ani, warga yang diteliti berada di 5 RT wilayah Kelurahan Tapos. Daerah ini dinyatakan endemis, karena dari 505 orang yang diambil sampel darahnya, lebih dari satu persen positif terkena kaki gajah. Adapun media perantara timbulnya mikrofilaria melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. "Jika penderitanya lebih dari satu persen dari jumlah sampel, bisa dikategorikan endemis," ujarnya. Berdasarkan data kantor Dinas Kesehatan Depok, selain Kelurahan Tapos, penyakit kaki gajah pernah menyerang warga Kelurahan Duren Seribu, Kelurahan Krukut, dan Kelurahan Grogol. "Kasus di tiga wilayah itu sudah kami tangani," katanya.Agar penyakit ini tidak terus menjalar, menurut Ani, harus ditangkal secara massal. Misalnya, pemberian obat dengan cara diminum atau disuntikkan kepada penderita. "Nama obatnya Dietil Carbamazine Citrate. Pemerintah sudah menyediakan," tuturnya sambil menambahkan, meski tidak ada korban jiwa karena penyakit ini, pengobatan dilakukan setiap tahun. Dari pantauan Tempo, kondisi lingkungan warga yang terserang kaki gajah tampak kurang terjamin unsur kesehatannya. Selain lembab oleh rimbunnya tumbuh-tumbuhan, sanitasi air tidak lancar. Kendati permukimannya tidak padat, warga kurang menjaga kebersihan dan terkesan kumuh. Manih, salah satu korban, mengaku menderita kaki gajah sejak tiga tahun lalu. Tangan kiri dari siku sampai ujung jari kakek berusia 50 tahun, warga Kampung Kebayunan RT 2/19, itu tampak bengkak. "Awalnya gatal dan panas," katanya.Gejala berikutnya, Manih menjelaskan, badannya demam dan pada lengannya timbul bercak merah dan kesemutan. "Kalau kambuh, saya sering demam dan sesak napas. Saya sudah berobat ke mana-mana, tapi tak sembuh-sembuh," ujarnya. Yang pernah didatangi Manih, selain Rumah Sakit Simpangan, Depok, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, berikut sejumlah dokter di wilayah Depok serta beberapa paranormal. Surtina, 54 tahun, mengalami penderitaan yang sama. Kader Posyandu Anyelir ini terserang filariasis pada kaki kiri mulai lutut hingga ujung jari. Tukang pijat yang pernah memperoleh penghargaan akupunktur ini mengaku lebih dari 10 tahun kakinya digerogoti penyakit. Saat kumat, selain demam, pada kakinya keluar bintik-bintik merah. "Saya kadang seperti orang kesurupan, badan menggigil," ujarnya sambil mengelus kakinya yang bengkak. "Ini adalah ujian dari Allah, mau gimana lagi," ujarnya. Rini Kustiani-Tempo
...
Pengertian
Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan apabila penderita tidak segera memperoleh pengobatan dapat mengakibatkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika, Amerika tengah dan selatan, dengan 120 juta manusia terjangkit (Wikipedia).
Filariasis di Indonesia telah dikenal sejak lama. Menurut beberapa laporan hingga saat ini hanya diketahui tiga spesies filaria sebagai penyebabnya. Mereka adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Dampak psikososial filrariasis lebih dirasakan oleh penderita. Sebab penderita filariasis sangat mungkin akan menyandang cacat selama hayatnya. Penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya sangat tergantung kepada orang lain.
Di Indonesia penyakit kaki gajah tersebar luas hampir di seluruh propinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas tersebar di 231 kabupaten 26 propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Hasil survai laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan karena nyamuk penularnya tersebar luas. Untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas.
Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres yang dapat berperan sebagai vektor penular penyakit kaki gajah. Gejala klinis Filariasis akut adalah berupa demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat, pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit, radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis), filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah, pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejala klinis yang kronis: berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
DiagnosisDiagnosis filariasis dapat ditegakkan secara Klinis yaitu bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan gejala akut ataupun kronis, dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat, seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan mikrofilaria.
Pencegahan
Menghilangkan sumber infeksi. Mengobati semua penderita, baik individual maupun secara massal di daerah-daerah endemik, dalam hal ini Kota Depok. Tetapi, untuk filariasis malayi sedikit lebih sulit, sebab di samping manusia sebagai sumber infeksi, juga binatang-binatang peliharaan seperti anjing, kucing, kera merupakan sumber infeksi.
Menghindari gigitan nyamuk. Menghindari kontak dengan vektor. Dapat dilakukan usaha-usaha, misalnya tidur memakai kelambu, memasang kawat kasa pada lubang angin atau jendela rumah dan memakai obat pengusir nyamuk.
Memberantas vektor. Membunuh nyamuk-nyamuk, baik bentuk dewasa maupun larvanya dengan pestisida. Memusnahkan tempat-tempat perindukan nyamuk dengan meningkatkan kebersihan lingkungan. Misalnya membersihkan got-got dan tumbuh-tumbuhan air dan kegiatan PSN: Pemberantasan Sarang Nyamuk.
Pengobatan :Pengobatan secara massal dilakukan di daeah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) yang dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5 - 10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan Parasetamol, dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/berat badan, Albenzol 400 mg albenzol (1 tablet ) ; pengobatan missal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai <>Daniel. Filariasis Limfatik di Indonesia. RACIKAN UTAMA - Edisi Maret 2006 (Vol.5 No.8), Seperti tercetak di Majalah Farmacia Edisi Maret 2006. Senin, 28 April 2008/18.20 wib.
http://id.wikipedia.org/wiki/Filariasis. Kategori: Penyakit. Senin, 28 April 2008 /18.34 wib.
Lasbudi P. Ambarita. PERAN SERTA MASYARAKAT (PSM) DALAM PENEMUAN KASUS FILARIASIS DI DESA ENDEMIS DI PUSKESMAS BETUNG KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2005. Diperoleh dari internet, Senin, 28 April 2008/19.00 wib.
2 komentar:
Ngeri ih. Di Bogor udah pada minum obat tuh. Rentis
Wah pak madu ternyata punya blog. he....
Kalo udah nulis tentang filariasi, brarti KL Dasar harus dapet A. Good luck yah.
pak, gw mau angkat filariasis di depok buat skripsi neh, bantuin dong. - budi
Posting Komentar