Selasa, Juli 01, 2008

SENGAT LEBAH DI PANDEGLANG


Oleh: Ahmad Turamsili



LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara dengan populasi yang sangat heterogen. Berbeda tidak hanya dari jenis suku saja. Ada perbadaan agama, bahasa, budaya, busana, dan lain sebagainya. Perbedaan tersebut berimplikasi positip juga negatip. Dari sudut pandang kesehatan masyarakat, perbedaan itu menarik untuk dikaji. Sebagian masyarakat Indonesia telah memiliki kearifan dalam menjaga diri dan lingkungannya agar tetap bersih, sehat dan seimbang.
Beberapa kelompok masyarakat adat memiliki sejumlah ketentuan untuk melindungi alam sekitarnya agar terhindar dari bencana, ada yang menerapkan ketentuan pengelolaan hutan, kebiasaan menjaga kebersihan sungai dan sebagainya. Mereka juga telah lama membangun sistem kesehatan sendiri yang tentu saja dipandang sebagai teknik yang tradisional dan dinyatakan sebagai alternatip, bukan yang utama. Karena sistem pengobatan yang dijadikan arus utama adalah pengobatan cara Barat. Masyarakat kita mempunyai tradisi sendiri, semacam cara mencari pengobatan. Ada masyarakat tertentu yang menggunakan metode bekam (al Hijamah) sebagai upaya menjaga sekaligus teknik mengobati penyakit tertentu, ada pula sekelompok masyarakat yang mengobati penyakit dengan media air dan masih banyak lagi.
Melihat realitas yang demikian, penulis tertarik menyajikan makalah yang mengulas sengat lebah sebagai salah satu metode pengobatan.


METODE
Penulisan ini disusun dari literatur tertulis yang sudah banyak dipublikasikan. Untuk memperkaya makalah ini, penulis melakukan sebuah wawancara dengan seorang pengobat yang menggunakan sengat lebah (apiterapis), yang berdomisili di Pandeglang.


TERAPI SENGAT LEBAH DI KABUPATEN PANDEGLANG.

KILAS SINGKAT. Terapi lebah (apiterapi) dimulai di daratan
Tiongkok dan Timur Tengah, khususnya Mesir. Pengobatan tradisional di Tiongkok memiliki umur ribuan tahun sebelum pengobatan modern mulai bangkit di Eropa. Salah satu bentuk modifikasi akupunktur yang populer di dunia saat ini adalah dengan menggunakan jarum
sengatan lebah madu yang disebut bee acupuncture (tusuk sengat lebah).


Terapi dengan sengat lebah pada dasarnya adalah sebuah metode pengobatan dengan menggunakan bisa lebah. Sengat lebah juga ada yang menyamakan dengan racun lebah, menggunakan zat-zat yang dimasukkan ke dalam tubuh ketika lebah disengatkan.


Adji Suranto dalam buku Terapi Madu (2007) menulis bahwa bisa lebah atau apitoksin sering pula disebut dengan istilah bee venom atau api venom. Bisa lebah merupakan bahan alami yang dihasilkan oleh lebah pekerja. Pada umumnya mereka berasal dari jenis Apis Mellifera, Apis Cerana dan Apis Dorsata.


Bisa lebah dihasilkan oleh kelenjar bisa dan kemudian disimpan dalam sebuah kantong yang berhubungan dengan sengat di ekor lebah. Secara alamiah, lebah hanya menggunakan sengat manakala ia merasa terancam saja. Bila seekor lebah menyengat, bisanya akan habis dan penyengatnya akan tertinggal ditubuh yang disengat, akibatnya lebah pun mati.


Organisasi PBB yang menangani kesehatan dunia: WHO, telah mengakui bahwa penggunaan bisa lebah dari spesies Apis Mellifera sebagai alternatip terapi dalam konfrensi ke II akupunktur lebah dan apiterapi di Nanjing, Cina pada tahun 1993.
Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa disengat lebah sangat tidak menyenangkan. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab mengapa pengobatan dengan bisa lebah kurang diminati dibandingkan dengan metode pengobatan yang lain.


Di Amerika Serikat, penggunaan bisa lebah sebagai bagian dari pengobatan dimulai kembali pada tahun 1980-an ditandai dengan dibentuknya American Apitherapy Society. Sedangkan di benua Asia, perkembangan apiterapi sangat pesat, misalnya di Cina, Jepang, Korea dan Rusia. Hal yang sama juga terjadi di beberapa negara Eropa.


Di Indonesia, perkembangan apiterapi tidak bisa dilepaskan dari nama besar Hembing Wijayakusuma. Ia telah melakukan terapi akupunktur yang dikombinasi dengan bisa lebah spesies Apis Mellifera (apipunktur) sejak tahun 1960. Praktek apipunktur telah dirintis sejak lama, seperti di Yogyakarta, Makasar, Bandung dan Jakarta.

PENGOBATAN SENGAT LEBAH DI PANDEGLANG. Pak Ajid, begitu ia biasa disapa. Pria yang berprofesi sebagai guru ini memiliki keahlian khusus yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Pak Ajid adalah seorang pengobat. Ia mengobati pasiennya dengan menggunakan bisa lebah yang disengat ke dalam tubuh pasiennya.

Bisa lebah adalah salah satu produk yang dihasilkan lebah madu. Sebagaimana kita ketahui lebah madu tidak hanya menghasilkan madu, ia juga menghasilkan bee pollen, royal jelly dan propolis, setidaknya itulah hasil lebah yang mulai dikenal luas oleh masyarakat.


Dengan bekal sertipikat yang diperoleh dari Perhutani di Rumpin, Parung pada tahun 1991 – dan ditambah lagi kursus sengat lebah yang ia ikuti di Apiari Pramuka Cibubur – Pak Ajid mulai melayani masyarakat yang hendak berobat ke rumahnya di Kampung Beunying, Kelurahan Cilaja, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.


Selama ini ia menggunakan bisa dari lebah jenis Apis Cerana. Masyarakat Pandeglang menyebut nama Nyiru atau Nyiruan untuk jenis lebah tersebut. Karena ukurannya yang lebih kecil dari lebah Australia yaitu Apis Mellifera maka ia menerapkan standar perbandingan 1:2 untuk dosis pengobatan yang ia lakukan. Jadi, kalau diperlukan terapi dengan 1 sengatan dari lebah Australia, maka ia menggunakan 2 sengatan dari Nyiru atau Apis Cerana.
Menurut Pak Ajid, masyarakat yang datang pada umumnya menderita penyakit darah tinggi, eksim, sakit kepala, sakit perut, liver, ginjal, rematik, asam urat, tumor, wasir dan masih banyak lainnya. Dengan ekstra hati-hati ia berani mengobati pasien berpenyakit jantung.


Pasien yang datang berasal dari tempat yang sangat bervariasi. Selain pasien dari sekitar rumahnya di Kabupaten Pandeglang, cukup banyak juga orang yang datang dari Jakarta, Depok, Bandung, Rangkasbitung dan Serpong. Di antara mereka ada yang datang karena merasa bosan dengan pengobatan yang mereka jalani di rumah sakit.


Pak Ajid tidak pernah memasang tarif untuk pengobatan yang ia berikan. ”Seikhlasnya saja”, katanya. Tidak jarang, ada pasien yang ”membayar” jasa pengobatan yang dilakukan Pak Ajid dengan buah bahkan hewan seperti ayam atau pun kambing.


Dalam melakukan pengobatan, biasanya Pak Ajid menyengatkan bisa lebah ke titik saraf yang ia identifikasi sebagai jalan yang tepat untuk masuknya bisa lebah. Misalnya, pasien dengan keluhan diare. Pak Ajid menyengatkan 2 ekor lebah di pusar pasien. Pasien yang masuk angin diberi sengatan di bagian punggung. Pengunjung dengan penyakit stroke maksimal diberi 100 kali sengatan. Menurut pengakuan Pak Ajid banyak pasien stroke mengalami kemajuan yang bermakna saat kunjungan kedua atau ketiga. Setiap kali mengobati ia menyengatkan 2 ekor lebah pada kunjungan pertama, kunjungan berikutnya ia gandakan, begitu seterusnya.


Pak Ajid bercerita bahwa hampir setiap hari ia harus melayani pasien yang meminta bantuannya. Ada yang datang ke rumah ada pula yang memanggilnya ke rumah pasien. Pasien membludak biasanya beberapa saat setelah hari raya. Keluhan yang muncul pada umumnya hipertensi.


Nama Pak Ajid semakin lama semakin dikenal luas. Bahkan tawaran kerja sama datang dari beberapa klinik moderen. Pasiennya pun sangat bervariasi hingga pejabat daerah, propinsi bahkan tenaga medis di rumah sakit yang ada di Kabupaten Pandeglang.


Dalam melakukan pengobatan terkadang ia berkonsultasi dengan dokter. Untuk penderita hipertensi misalnya, ia melakukan pemeriksaan tekanan darah sebelum melakukan terapi. Jika memang tekanan darah pasien tersebut tinggi maka sejumlah titik ia sengat. Pak Ajid akan menyarankan kepada pasiennya supaya 24 jam berikutnya sang pasien kembali melakukan pemeriksaan tekanan darah.


Pak Ajid menuturkan bahwa ada beberapa pasiennya yang mengalami efek setelah penyengatan, seperti bengkak, gatal dan badan panas dingin. Jika bengkak yang menjadi keluhan hal tersebut merupakan sebuah kewajaran, karena biasanya bengkak tersebut akan hilang sendiri. Untuk gatal yang dirasakan pasien Pak Ajid menyarankan agar kulit yang gatal tersebut dikompres dengan air hangat. Pernah ditemukan pasien yang pingsan setelah mendapat perlakuan sengat lebah.


Itulah perjuangan Pak Ajid yang selalu siap sedia membantu warga yang membutuhkan pertolongannya, perhatian dari dinas kesehatan setempat memang ada hanya saja belum pernah ada bantuan pemerintah yang datang kepadanya, baik untuk pengembangan sarana, penelitian dan lainnya. Ada atau tidak bantuan dari pihak lain Pak Ajid akan tetap beredar seperti biasanya.


PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK BISA LEBAH
Bisa lebah berwujud cairan bening denga rasa yang tajam dan pahit. Tidak berbau, bereaksi asam dan mempunyai gaya berat jenis 1,1313. Bisa lebah dapat mengering dengan segera pada suhu ruangan dan kadarnya menyusut hingga 30-40% dari berat cairan semula. Konsistensi cairan pun berubah menjadi seperti karet tanpa kehilangan kekuatannya. Bisa lebah tidak dapat diserap oleh selaput lendir usus sehingga tidak akan menimbulkan efek bila ditelan.

KOMPOSISI BISA LEBAH
Bisa lebah banyak mengandung air, enzim-enzim seperti fosfolipase A dan hialuronidase, zat melitin, adolapin, apamin dan MCD-peptida. Setiap zat tersebut memiliki khasiat dan kegunaan masing-masing.

BISA LEBAH SEBAGAI OBAT
Bisa lebah merupakan salah satu produk lebah yang banyak diteliti untuk terapi sejumlah penyakit. Bisa lebah mempengaruhi produksi hormon-hormon tubuh seperti kortisol, adrenalin, noradrenalin dan juga mempengaruhi pengeluaran histamin, suatu zat yang berperan dalam proses alergi. Karena fungsi tersebut, bisa lebah sangat efektif untuk mengobati rematik. Kandungan MCD-peptida bisa lebah dilaporkan 100 kali lebih efektif mengobati rematik dibandingkan dengan obat hidrokortison yang selama ini banyak digunakan. Bersama dengan melitin dan adolapin, zat MCD-peptida memiliki efek antiradang yang alami.

Bisa lebah juga mengandung zat yang bersifat racun terhadap sel sehingga dapat mengobati kanker. Melitin dan fosfolipase A2 dalam bisa lebah dapat melarutkan sel, menghambat pertumbuhan sel, dan membuat sel kekurangan makanan hingga sel tumor akan mati. Melitin dapat merusak lapisan luar sel dan menimbulkan kebocoran sel darah merah (hemolisis). Penelitian memperlihatkan bisa lebah dapat menghambat pembekuan darah, mencegah pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis) dan menghambat tersumbatnya pembuluh darah oleh bekuan darah. Selain sebagai antiradang, bisa lebah juga mengandung sifat antibakteri. Pada dosis tertentu bisa lebah mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Lebah yang sering digunakan untuk terapi sengat lebah adalah jenis Apis Mellifera dan Apis Cerana.

KONTRAINDIKASI
Terapi bisa lebah tidak boleh diberikan pada penderita alergi, penyakit jantung dan tuberkolosis. Terapi bisa lebah juga tidak diperbolehkan untuk menobati sifilis, gonorrhea, infeksi jantung dan penyakit ginjal.

Pak Ajid tentu bukanlah satu-satunya apiterapis yang menggunaan sengat lebah di Indonesia. Masih banyak Ajid lain. Secara teoritis terapi dengan sengat lebah tidak dianjurkan untuk penderita Jantung dan ginjal, akan tetapi Pak Ajid tetap melayani pasien berpenyakit jantung dan ginjal. Ini tentu saja bisa membahayakan pasien meski Pak Ajid melakukannya dengan ekstra hati-hati.

TEKNIK PENGOBATAN BISA LEBAH
Bisa lebah digunakan untuk terapi penyakit dengan beberapa cara, di antaranya: sengat lebah secara langsung, akupunktur yang dikombinasi sengat lebah, suntikan bisa lebah, topikal, elektroforesis, ultrasonoforesis, tablet dan inhalasi.

SEBELUM MEMULAI TERAPI
Sebelum mendapatkan terapi sengat lebah, seseorang haruslah melewati sejumlah prosedur tertentu. Pertama, pasien harus dipastikan diagnosisnya terlebih dahulu lewat pemeriksaan yang teliti dan bila diperlukan lakukan pemeriksaan laboratorium ataupun rontgent. Kedua, setelah didiagnosis penyakitnya, ditentukan apakah ada indikasi untuk diberikan terapi bisa lebah dan perlu diketahui apakah pasien memiliki kontraindikasi, misalnya penyakit alergi, meskipun pasien merasa tidak ada alergi tetap harus dilakukan uji kulit untuk memastikannya.

Pada tingkat aplikasi di lapangan, tidak semua pasien yang diobati Pak Ajid melewati kedua prosedur di atas. Sebagian pasien merasa prosedur tersebut tidak praktis dan tentu memerlukan biaya yang relatif besar. Mereka berani berobat karena berpikir meski salah terapi toh tidak banyak efek samping yang ditimbulkan. Kecuali pasien yang merasa bosan berobat ke rumah sakit, prosedur maksimal yang ditempuh sebelum terapi adalah pemeriksaan tekanan darah saja.

PENYAKIT YANG BISA DIOBATI
Terapi bisa lebah banyak diaplikasikan untuk mengobati berbagai penyakit. Misalnya; rematik, sklerosis, luka parut, penyakit mata, gangguan saraf, penyakit kulit, kecanduan narkotika, hipertensi, malaria, gangguan pra haid, dan sindrom kelelahan kronis.


KESIMPULAN
Bisa lebah merupakan salah satu produk lebah yang banyak diteliti untuk terapi sejumlah penyakit. Misalnya; rematik, sklerosis, luka parut, penyakit mata, gangguan saraf, penyakit kulit, kecanduan narkotika, hipertensi, malaria, gangguan pra haid, dan sindrom kelelahan kronis.

Terapi bisa lebah tidak boleh diberikan pada penderita alergi, penyakit jantung, tuberkolosis, sifilis, gonorrhea, infeksi jantung dan penyakit ginjal.

Sebelum mendapatkan terapi sengat lebah, seseorang haruslah melewati dua prosedur. Pertama, pasien harus dipastikan diagnosisnya terlebih dahulu lewat pemeriksaan yang teliti dan bila diperlukan lakukan pemeriksaan laboratorium ataupun rontgent. Kedua, setelah didiagnosis penyakitnya, ditentukan apakah ada indikasi untuk diberikan terapi bisa lebah dan perlu diketahui apakah pasien memiliki kontraindikasi.

Pemerintah seharusnya mendukung upaya masyarakat dalam mencari dan mengembangkan sistem pengobatan alternatif. Diperlukan fasilitasi yang memadai agar terapis memiliki standar pelayanan tertentu yang aman.

Perlu dikembangkan pengobatan yang terintegrasi antara model Barat dan tradisional. Sehingga masyarakat memiliki pilihan yang luas dan sama baiknya dalam upaya mencari pengobatan.


REFERENSI


Suranto, A. 2004. Khasiat dan Manfaat Madu Herbal. Jakarta: Agromedia Pustaka.


Suranto, A. 2007. Terapi Madu. Jakarta: Penebar Plus+.


Hamad, Sa’id. 2007. Terapi Madu. Jakarta: Pustaka Iman.


Harian Suara Karya on-line. Minggu 1/1/2006. Prof HM Hembing Wijayakusuma, ahli pengobatan tradisional dan akupunktur; Ketua Umum Himpunan Pengobat Tradisional & Akupunktur se-Indonesia (Hiptri).
...
Wawancara dengan Pak Ajid, pengobat sengat lebah di Kabupaten Pandeglang melalui telepon pada tanggal 23 Desember 2007.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

tolong berikan penjelasan mengapa lebah bisa mati setelah ia melepaskan sengatnya??