Minggu, Juni 29, 2008

Gangguan Akibat Kekurangan Yodium:

GAKY, atau Gangguan Akibat Kekurangan Yodium merupakan salah satu masalah yang muncul sejak lama. Pada awalnya, hubungan unsur yodium dengan gondok endemik dilihat sebagai hubungan secara langsung yang ditunjukkan dengan praktek kedokteran Cina yang menggunakan biji ganggang Sargassum dan Laminaria japonica yang kaya yodium sebagai obat gondok.
Akan tetapi, mulai tahun 1960-an pandangan para ahli terhadap defisiensi yodium berubah dari memandang defisiensi yodium berakibat pada gondok endemik dan kretin endemik saja ke perubahan yang lebih luas.
Dengan demikian istilah ‘defisiensi yodium’ dahulu yang diidentikkan dengan ‘gondok endemik’ digantikan dengan “gangguan akibat kekurangan iodium’ yang efeknya amat luas, dapat mengenai semua segmen usia sejak dikandung ibu hingga pada orang dewasa.

Neonatus dan Ibu hamil
Ketika kita bicara mengenai neonatus dan ibu hamil maka terbayang proses pertumbuhan fetus intrauterin, yang umumnya mengikuti satu pola. Perkembangan otak dan intelegensi tepat mutlak perlu untuk manifestasi yang ‘sempurna’ di kemudian hari.
Perkembangan fetus ibu hipotiroidisme primer yang hamil berbeda dengan perkembangan fetus ibu hipotiroidisme yang disebabkan karena defisiensi yodium. Patofisiologi yang jelas dan tegas belum terbukti hingga sekarang, sebab model binatangnya belum ditemukan. Sumbangan pengetahuan di atas tidak hanya penting untuk memahami dan mendalami peristiwa yang terjadi di daerah dengan defisiensi berat saja (dengan adanya sindrom GAKI, lebih-lebih mekanisme terjadinya kretin endemik baik miksudematosa maupun kretin tipe nervosa) tetapi juga penting untuk upaya pencegahan.

Langkah Preventip
Untuk pencegahan, dibutuhkan informasi yang cukup tentang sebab. Bagi yang bersebab tunggal pencegahannya tunggal (cf :vaccinasi). Bagi bersebab banyak, multifaktorial pencegahan juga menghilangkan faktor risiko tersebut. Bagi GAKI upayanya dengan memberikan unsur yodium.
Bagaimana peran pemberian unsur yodium dalam bentuk garam beryodium dalam berbagai bentuk (garam curai, garam briket, shelf-lifenya, penyebarannya, harga, tingkat konsumsinya) perlu diteliti lebih lanjut. Juga larutan yodium dalam minyak diberikan secara oral (OIO, oral iodinated oil) maupun suntikan, efek obat ini berjangka panjang: oral dapat diberikan setiap 6-12 bulan sekali sedangkan suntikan 3-4 tahun sekali. Di daerah tertentu melarutkan yodium (bentuk tetesan atau slow-release products) dalam air minum atau sumur.
Pemberian suntikan lipiodol sebelum diproduksi yodiol pun sebenarnya memberi hasil baik dan terlihat dari menurunnya prevalensi gondok, tercegahnya variabel kretin, misalnya EEG bayi dan sebagainya. Meskipun demikian masih ditemukan gejala sisa di replete area.
Walaupun begitu dengan dosis yang diberikan sekarang ini, dan dengan kriteria beratnya masalah dinilai dari prevalensi anak sekolah, masih cukup banyak ibu hamil yang rawan GAKI bagi anak yang dikandungnya. KIE. Penanggulangan GAKI sering dilupakan orang adalah KIE ini. Meskipun nampaknya sebab GAKI telah diketahui dan juga sarana pencegahannya dikuasai, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan. Dalam bidang public health, litbang gizi telah melihat berbagai aspek baik dalam hubungannya dengan program pencegahan gangguan gizi lain, misalnya kadar yodium dalam ASI ibu menyusui yang mendapat yodiol, kestabilan yodium dalam garam di pelbagai masakan Indonesia dan pengaruh yodium tinggi pada reaksi vaksinasi.
Berhasil tidaknya upaya penanggulangan masalah GAKY di masyarakat, di samping sistem penanggulangan sendiri di tingkat program, tidak kalah pentingnya adalah masalah lingkungan dan sosial budaya yang ada di masyarakat.
Secara terperinci, menjelaskan bahwa dampak kekurangan yodium, di samping kretin endemik adalah (1) kemampuan mental dan psikomotor berkurang (2) angka kematian perinatal meningkat, demikian gangguan perkembangan fetal dan pasca lahir (3) hipotiroidisme neonatal banyak ditemukan di daerah dengan endemik berat (4) pada penduduk normal ditemukan hipotiroidisme klinis dan biokimiawi (5) di daerah gondok endemic kadar yodium air susu ibu lebih rendah dibandingkan dengan daerah non endemic (0,44 vs 10,02 ug/dl) (6) pada otak terlihat kalsifikasi ganglion basal, hipofisis membesar, tetapi arti klinik belum diketahui (7) terdapat minimal brain damage di daerah yang terkesan sudah iodine replete, dengan IQ point yang terlambat 10-15 point meskipun status tiroid sudah kembali normal (8) ada keterlambatan per-kembangan fisik anak, misalnya lambatnya mengangkat kepala, tengkurep, berjalan, hiporefleksi, strabismus konvergen, hipotoni otot.

Upaya Preventip Terkait dengan Sosial Budaya
Setelah melalui pengkajian yang seksama baik dari segi teknis maupun operasional, ditetapkan bahwa garam merupakan bahan makanan yang paling cocok dan memenuhi kriteria untuk dilakukan fortifikasi.
Di Indonesia, penggunaan garam beryodium dengan kadar yodium 40 ppm, dengan anggapan konsumsi garam 10 gram sehari, sehingga konsumsi 400 g potassium iodine per hari dan ini sesuai dengan 237 gram iodide.
Konsumsi dalam keluarga juga dipengaruhi oleh faktor persepsi dan aseptasi terhadap penanggulangan kekurangan yodium dalam masyarakat.
Persepsi merupakan hasil proses pengamatan yang berasal dari komponen kognisi. Persepsi dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar, wawasan, pemikiran dan pengetahuannya. Proses pembentukan persepsi meliputi proses konseptualisasi dan abstraksi.
Pada tahap ini bahasa memegang peranan yang sangat penting. Hal ini disebabkan, bahasa merupakan alat untuk menyederhanakan dan mengkategorisasikan berbagai stimulus yang sampai kepada individu. Melalui bahasa, kognisi individu dan segala sesuatu digambarkan dan dikomunikasikan. Proses kognisi akan mempengaruhi pembentukan persepsi. Reaksi tiap individu terhadap seseorang atau segala sesuatu yang ada di sekitarnya dibentuk oleh apa yang dia lihat atau dunia kognisinya.
Sebenarnya Health Belief Model dikembangkan dari teori perilaku, yang antara lain berasumsi bahwa perilaku seseorang tergantung pada: (1) nilai yang diberikan individu pada suatu tujuan; dan (2) perkiraan individu terhadap kemungkinan bahwa perilakunya akan dapat mencapai tujuan tersebut.
Berdasarkan hasil temuan di Jawa Tengah diketahui bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap lipiodol suntik dan garam beryodium sangat rendah. Pada umumnya responden dalam studi tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 66,7% belum pernah mendengar suntikan lipiodol baik di daerah gondok endemik sedang maupun berat. Rendahnya pemahaman mengenai kapsul yodium disebabkan karena rendahnya pelaksanaan penyuluhan akan manfaat kapsul yodium di dalam masyarakat. Penggunaan garam beryodium dalam rangka iodisasi juga ada masalah, mengingat bahwa penguapan kadar yodium dalam garam menyebabkan turunnya kadar yodium. Tidak satupun kebudayaan di dunia ini yang bebas dari pantangan terhadap makanan tertentu. Biasanya pantangan tersebut diberlakukan terhadap golongan masyarakat atau individu berdasarkan umur, jenis kelamin, agama, yang ada di dalam sistem sosial.
Ibu yang sedang hamil atau menyusui merupakan individu yang biasanya diberlakukan terhadap pantangan makanan yang sukar diterangkan secara alamiah yang akan berpengaruh pada bayi. Biasanya jenis makanan yang dilarang adalah susu, telur, ikan asin, ikan segar, dan sebagainya. Ikan, susu, telur, merupakan makanan sumber protein yang sangat baik dan diperlukan bagi ibu hamil maupun menyusui.

Penilaian Masalah GAKY di Indonesia
Hasil survei nasional membuktikan bahwa status GAKY di sebagian besar daerah di Indonesia membaik secara nyata. Kriteria diatas didasarkan atas TGR anak sekolah, namun TGR wanita hamil selalu lebih tinggi. TGR anak sekolah yang baik (non-endemik / ringan) belum menjamin bahwa wanita hamil di daerah tersebut bebas dari rawan GAKY, untuk ini diperlukan tolok ukur tambahan. Di daerah lain ( Maluku, NTB, NTT dsb) masih termasuk endemi berat. Beberapa faktor yang dihubungkan dengan gondok ini, tetapi faktor utama masih tetap defisiensi yodium.



Faktor-faktor yang Dianggap Berkaitan dengan Kejadian Gondok pada Siswa SD di Daerah Dataran Rendah

Spektrum GAKY seluruhnya terdiri dari gondok dalam pelbagai tingkat (stadium), kretin, terhambatnya pendengaran, gangguan pertumbuhan pada anak dan orang dewasa, kejadian lahir mati meningkat, demikian juga dengan kematian bayi. Kekurangan unsur Iodium terutama dipengaruhi faktor lingkungan yang keadaan tanah dan airnya amat miskin unsur iodium, akibatnya penduduk yang tinggal di daerah tersebut akan selalu kekurangan iodium. Di Jawa Timur, penanggulangan GAKY merupakan prioritas utama dalam penanggulangan masalah gizi. Masalah GAKY di Jawa Timur berdasarkan survei GAKY nasional yang dilakukan pada tahun 1998, prevalensi gondoknya cukup tinggi (16,3 %).

Prevalensi GAKY Berdasarkan Hasil Palpasi Kelenjar Gondok
Pemeriksaan kelenjar gondok (palpasi) dilakukan pada seluruh anak SD Negeri Kejayan I (kelas 1 sampai dengan kelas 6) sejumlah 203 (dua ratus tiga) anak sesuai jumlah yang hadir.
Sebagian besar anak yang menjadi sampel (97,96%) adalah penduduk asli di daerah penelitian (tinggal di daerah penelitian sejak lahir) dan hanya 2,04% yang bukan berasal dari daerah penelitian, namun mereka sudah tinggal di daerah penelitian selama minimal 7 (tujuh) tahun. Sebagian besar anak (55,10%) berada pada kisaran umur 11 – 12 tahun, dengan ratarata umur 10,86 tahun dan SD = 1,21. Berdasarkan jenis kelamin 36,7% laki-laki dan 63,3% perempuan. Semua anak (100%) tidak pernah mendapat suntikan lipiodol. Sebagian besar (91,8%) anak pernah mendapat kapsul minyak beriodium, hanya 8,2% tidak pernah mendapat kapsul minyak beriodium.

Frekuensi Konsumsi Pangan Sumber Iodium dan Goitrogenik
Diketahui bahwa sebagian besar anak (73,5%) di daerah penelitian tidak pernah mengkonsumsi ikan tawar basah dan 100% anak SD juga tidak mengkonsumsi ikan tawar kering (dalam satu tahun terakhir). Ikan laut basah hanya dikonsumsi kurang dari tiga kali per minggu (18,4%) dan dikonsumsi 3-5 kali per minggu (4,1%). Hanya 12,2% anak SD mengkonsumsi ikan laut basah dalam frekuensi 1 kali per hari, 6,1% mengkonsumsi 2 kali sehari dan 4,1% mengkonsumsi 3 kali sehari. Tampaknya ikan laut basah/segar belum masuk dalam pola konsumsi harian anak SD. Faktor lain yang diduga ikut berperan dalam menimbulkan kejadian gondok adalah miskinnya Iodium dalam air minum (dan tanah) 22. Sumber air minum keluarga pada umumnya (40,8%), berasal dari Air PAM, mata air (34,8%) dan 20,4 % air sumur. Sebelum mengkonsumsi air minum pada umumnya responden (65,3%) merebus air sampai mendidih. Berdasarkan palpasi kelenjar gondok, ditemukan Total Goiter Rate sebesar 23,65% dan Visible Goiter Rate sebesar 0,98%, daerah penelitian tergolong daerah endemik sedang. Bila ditinjau dari nilai median Iodium urin (253 ug/l), maka daerah penelitian belum termasuk daerah endemik gondok (masih di atas 100 ug/l).
Perlu dilakukan upaya membudayakan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) agar anak SD dapat memenuhi kecukupan gizinya, terutama meningkatkan konsumsi pangan sumber energi dan Iodium yang masih kurang dari kecukupan yang dianjurkan.
Diperkirakan prevalensi gondok dunia adalah 12%. Dari 5 milyar lebih penduduk dunia, sebanyak 38% atau sekitar 2.2 milyar penduduk berisiko kekurangan iodium karena bertempat tinggal di daerah kekurangan iodium dimana TGR lebih dari 5%.
Data yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa dari 6 milyar lebih penduduk 159 negara, sekitar 50% kekurangan iodium dan 3% kelebihan iodium.
Daerah basis kekurangan iodium di Indonesia ditemukan di seluruh kepulauan mulai dari Sumatera di bagian barat hingga Papua di bagian timur. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKY) di masa lalu identik dengan gondok yaitu pembesaran kelenjar tiroid.

Total Goiter Rate
TGR anak sekolah untuk tingkat nasional tahun 1996/1998 adalah 9.8% sedangkan tahun 2003 adalah 11.1%. Propinsi dengan TGR tertinggi tahun 1996/1998 maupun tahun 2003 adalah Maluku yaitu 33.39% dan 31.6%. Propinsi dengan TGR yang terendah tahun 1996/1998 adalah Riau yaitu 1.1% sedangkan tahun 2003 Sulawesi Utara yaitu 0.7%. Intensitas dari kekurangan yodium dapat dilihat dari pembesaran kelenjar gondok.
Hubungan TGR Anak Sekolah dengan Konsumsi Garam Beriodium Rumah Tangga Hubungan antara TGR dan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium dalam suatu daerah adalah negatip, berarti semakin tinggi proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam beriodium semakin rendah TGR.
Indikator TGR telah sejak lama digunakan di Indonesia dalam survei maupun sebagai dasar penetapan kebijakan program penanggulangan GAKY. TGR tidak menunjukkan penurunan dalam 1998-2003 walaupun dilaksanakan program penanggulangan intensif. Masalah yang sering dijumpai pada palpasi kelenjar tiroid adalah inter-observervariation (variasi antar palpator) demikian juga nilai sensitivitas dan spesifisitas. Sebagian pakar dan lembaga yang kompeten di bidang GAKY yang tidak lagi merekomendasikan penggunaan indikator TGR untuk memantau kemajuan eliminasi GAKY.

Faktor yang Berhubungan dengan Ketersediaan Garam Beryodium di Rumah Tangga: Sebuah Studi Kasus di Probolinggo.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden memilih atau menyediakan bentuk garam beryodium dengan alasan beryodium penting bagi kesehatan sebesar 67,2%. Responden yang tidak pernah membeli atau menyediakan garam beryodium sebesar 32,8%. Diantara 32,8% responden yang tidak pernah membeli atau menyediakan garam beryodium tersebut beralasan: karena hanya tersedia bentuk garam itu saja (42,9%), harga garam beryodium lebih mahal (19,0%) dan dengan alasan tidak tahu (28,6%). Adapun tempat membeli garam konsumsi sehari-hari responden adalah toko/warung dekat rumah (98,4%) dan dari tambak sebesar 1,6%.
Sebagian besar pedagang garam setuju jika garam non yodium tidak beredar di pasaran (66,7%) atau ada peraturan larangan menjualnya (83,3%). Oleh karena garam non yodium banyak beredar di pasaran dan dengan alasan untuk memenuhi permintaan konsumen, maka sebagian besar pedagang juga menyediakan garam non yodium (terutama dalam bentuk krosok). Sebagian besar pedagang sebenarnya sudah mendengar dan mengetahui manfaat garam beryodium, yaitu: untuk mencegah gondok (76,7%).
Tingkat pengetahuan responden tentang garam beryodium masih kurang. Sikap responden terhadap ketersediaan garam beryodium di rumah tangga sebagian besar mendukung, namun karena pada umumnya pedagang masih menyediakan garam non yodium di tingkat pasar, maka hal ini berdampak pada rendahnya ketersediaan garam beryodium di tingkat rumah tangga. Hanya sebesar 34,8% garam di tingkat pasar kan-dungan yodiumnya cukup, Warung/toko yang termasuk kriteria baik hanya 20%. Dapat dikatakan bahwa ketersediaan garam yodium di tingkat pasar kurang. Tingkat pendidikan responden, tingkat pengetahuan dan sikap responden tentang garam beryodium serta ketersediaan garam beryodium di tingkat pasar berhubungan dengan ketersediaan garam beryodium di tingkat rumah tangga.

Sumber Jurnal: Internet
Djoko Kartono, dkk. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 5, N0; 1 April 2006. Indikator Total Goiter Rate (TGR) Anak Sekolah Sebagai Dasar Kebijakan Program GAKY di Indonesia.
Triyono dan Inong Retno Gunanti. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 3, N0; 1-3 April, Agustus dan Desember 2004. Identifikasi Faktor yang Diduga Berhubungan dengan Kejadian Gondok pada Anak Sekolah Dasar di Daerah Dataran Rendah.
Sri Rusminah dan Inong Retno Gunanti. Jurnal GAKY Indonesia. Faktor yang Berhubungan dengan Ketersediaan Garam Beryodium di Tingkat Rumah Tangga.
R. Djokomoeljanto. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 3, N0; 1 Desember 2002. Evaluasi Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia.
R. Djokomoeljanto, dkk. Jurnal GAKY Indonesia Vol. 1, N0; 1 April 2002. Aspek Sosio-Kutural Pada Program Penanggulangan GAKY.
R. Djokomoeljanto. Jurnal GAKY Indonesia. Masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium: Pengamatan Selama Seperempat Abad Terbukanya Kemungkinan Penelitian.

1 komentar:

artech mengatakan...

Ass. wr. wb.
Mohon alamat lengkap untuk terapi lebahnya kirim ke handoko_aji@ymail.com